Monday, April 1, 2013

Jeritan sang Bima Sakti..



Damai sang biru menyambut

Berdiri kokoh tertutup kabut

Angin melambai-lambai lembut

Burung berkicauan saling bersahut



Hijau memberi kesejukan

Sang jernih mata air memberi kehidupan

Sari patih tanah bantu lestarikan

Tuk tempat tubuh sang pasangan

Namun semua itu telah tiada



Abad demi abad telah berlalu

Bima sakti pun ikut maju

Kutub yang beku telah melebur

Oleh panasnya hati sang penghulu



Gambut telah menjadi debu

Mengantarakan kenyataan yang sungguh pilu

Damai biru berubah menjadi racun

Semua mati menjadi satu



Biru sudah tak terlihat, hijau pun tak tampak

Yang terlihat hanya merah pekat kembaran sang neraka

Melahap dengan ganasnya

Hanya tuk memenuhi nafsu jiwa

Meraih materi sang dunia



Angsa putih bergerak kian kemari

Tuk mencari sang jati diri

Yang menyelamatkan hidupnya nanti

Yang bertanduk memberi senyuman

Senyuman tuk sebuah peringatan

Yang bertaring unjuk kebolehan

Namun kalah dalam berjuang



Tetesan air mata suci jatuh dari mata-mata mereka

Yaitu air mata untuk rusaknya jantung kehidupan

Hati pun teriris-iris

Tak tahu kemana harus pergi 

Tak tahu kemana harus tinggal



Sang pelaku pergi melupakan semua yang terjadi

Tempat tinggal..sang hutan lebat

Telah hilang terbawa angin kesengsaraan

Tanpa dosanya..

Tangan besi selalu beraksi

Meleyapkan segala keelokan ini

Disapu bersih oleh sang serakah dan egois

Yang bekerja sama menutupi mata hati



Wahai manusia sadarlah!!!

Apa yang telah kita lakukan 

Merusak jantung kehidupan

Jikalau sang angin kesengsaraan menghampiri

Kita semua tak dapat lari

Bagaimana ketika tuhan telah murka?

Karena waktu demi waktu yang membuat benang bima sakti semakin kusut



Marilah kita jaga alam ini

Kita jaga sang bima sakti.. kita jaga sang hutan

Kita hentikan air mata sang angsa putih

Berikan ia jati diri untuk menyelamatkan 

Sang Bima Sakti