Damai sang biru menyambut
Berdiri kokoh tertutup kabut
Angin melambai-lambai lembut
Burung berkicauan saling
bersahut
Hijau memberi kesejukan
Sang jernih mata air memberi
kehidupan
Sari patih tanah bantu
lestarikan
Tuk tempat tubuh sang pasangan
Namun semua itu telah tiada
Abad demi abad telah berlalu
Bima sakti pun ikut maju
Kutub yang beku telah melebur
Oleh panasnya hati sang penghulu
Gambut telah menjadi debu
Mengantarakan kenyataan yang
sungguh pilu
Damai biru berubah menjadi racun
Semua mati menjadi satu
Biru sudah tak terlihat, hijau
pun tak tampak
Yang terlihat hanya merah pekat
kembaran sang neraka
Melahap dengan ganasnya
Hanya tuk memenuhi nafsu jiwa
Meraih materi sang dunia
Angsa putih bergerak kian kemari
Tuk mencari sang jati diri
Yang menyelamatkan hidupnya
nanti
Yang bertanduk memberi senyuman
Senyuman tuk sebuah peringatan
Yang bertaring unjuk kebolehan
Namun kalah dalam berjuang
Tetesan air mata suci jatuh dari
mata-mata mereka
Yaitu air mata untuk rusaknya
jantung kehidupan
Hati pun teriris-iris
Tak tahu kemana harus
pergi
Tak tahu kemana harus tinggal
Sang pelaku pergi melupakan
semua yang terjadi
Tempat tinggal..sang hutan lebat
Telah hilang terbawa angin
kesengsaraan
Tanpa dosanya..
Tangan besi selalu beraksi
Meleyapkan segala keelokan ini
Disapu bersih oleh sang serakah
dan egois
Yang bekerja sama menutupi mata
hati
Wahai manusia sadarlah!!!
Apa yang telah kita lakukan
Merusak jantung kehidupan
Jikalau sang angin kesengsaraan
menghampiri
Kita semua tak dapat lari
Bagaimana ketika tuhan telah
murka?
Karena waktu demi waktu yang
membuat benang bima sakti semakin kusut
Marilah kita jaga alam ini
Kita jaga sang bima sakti.. kita
jaga sang hutan
Kita hentikan air mata sang
angsa putih
Berikan ia jati diri untuk
menyelamatkan
Sang Bima Sakti